Jakarta,Riaueksis.com -- Singapura sedang menyusun peta jalan bagaimana hidup lebih normal bersama Covid-19 dengan harapan virus itu akan menjadi endemik seperti influenza.
Pemerintahan Perdana Menteri Lee Hsien Loong tengah mempersiapkan warganya untuk bisa beraktivitas normal seperti bekerja hingga berpelesiran tanpa aturan lockdown dan karantina meski ada ancaman virus corona di sekelilingnya.
"Sudah 18 bulan sejak pandemi muncul dan masyarakat sudah lelah berperang. Semua bertanya: Kapan dan bagaimana pandemi akan berakhir?" kata para menteri yang memimpin gugus tugas Covid-19 Singapura seperti dikutip The Straits Times.
"Kabar buruknya adalah Covid-19 mungkin tidak akan pernah hilang. Kabar baiknya adalah mungkin kita bisa hidup normal lagi dengan virus di tengah-tengah kita," kata mereka menambahkan.
Sejumlah menteri tersebut menuturkan beberapa langkah mulai dari vaksinasi hingga pelacakan kontak infeksi masih akan terus berlangsung di era new normal.
Vaksinasi
Gugus tugas Covid-19 Singapura menganggap vaksinasi menjadi kunci utama utama negara kota itu bisa hidup berdampingan dengan virus serupa SARS tersebut.
Sejauh ini, berdasarkan data ourworldindata.org, sebanyak 50 persen dari total 5,9 juta penduduk Singapura setidaknya telah menerima satu dosis vaksin Covid-19. Sebanyak, 2,06 juta atau 36,1 dari total penduduk Singapura juga sudah menerima vaksinasi lengkap.
Dengan cukup banyak penduduk yang divaksinasi, Covid-19 akan dianggap sebagai penyakit endemik lain seperti flu biasa dan penyakit ringan lainnya.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa vaksinasi sangat efektif mengurangi risiko tertular dan menularkan. Jika seseorang terinfeksi, vaksin akan mencegahnya terpapar gejala Covid-19 parah.
Selain kecepatan vaksinasi, Singapura juga memiliki aturan ketat yang mengatur pertemuan sosial, pemakaian masker, pelacakan kontak yang runut serta cepat, hingga pembatasan pergerakan.
Para menteri tersebut berharap setidaknya dua pertiga dari populasi divaksinasi penuh dengan dua dosis menjelang Hari Nasional Singapura pada 9 Agustus. "Kami berusaha untuk mempercepat pengiriman vaksin dan juga prosesnya," ujar mereka.
Ketika target vaksinasi tercapai, pihak berwenang bisa beralih fokus dengan tak lagi memantau berapa banyak kasus harian, tetapi beberapa orang yang jatuh sakit setelah divaksin.
Tes Covid-19 dan Pemantauan
Tes corona dan pemantauan akan tetap berlangsung namun dengan fokus berbeda. Pengujian akan fokus dilakukan di perbatasan negara guna memantau setiap pendatang dari luar negeri yang membawa virus terutama kasus varian corona yang menjadi perhatian dunia saat ini.
Sementara itu, pengujian Covid-19 di dalam negeri tidak lagi menjadi alat ukur untuk mengkarantina orang, tetapi akan digunakan sebagai syarat warga bisa masuk suatu gedung dan tempat lainnya atau/dan mengikuti suatu acara, kegiatan sosial, dan perjalanan ke luar negeri sehingga dapat berlangsung dengan aman.
Dengan begitu, pelaku bisnis di Singapura juga tidak perlu khawatir dengan kebijakan lockdown yang akan mengganggu usaha mereka.
Warga Singapura juga akan dibolehkan melakukan perjalanan lagi ke luar negeri dengan sertifikat vaksinasi ke negara-negara yang juga telah mengendalikan pandemi corona. Para pelancong ini diharapkan dapat terbebas dari aturan karantina karena telah memegang hasil pemeriksaan Covid-19 negatif saat mereka datang ke negara-negara tersebut.
Perawatan Covid-19
Di saat bersamaan, para ilmuwan juga terus mencari cara perawatan Covid-19 yang efektif. Dalam 18 bulan terakhir sejak pandemi menyebar, Singapura telah memiliki beberapa jenis pengobatan yang efektif mengobati pasien Covid-19 dengan kondisi kritis sehingga mempercepat proses pemulihan.
Dengan pengobatan yang terus berkembang, warga yang terinfeksi diharapkan bisa diizinkan melakukan rawat jalan di rumah masing-masing, sehingga mengurangi beban fasilitas kesehatan yang terus tertekan selama pandemi berlangsung.
Tanggung Jawab Sosial
Kesadaran dan kepatuhan kolektif dari setiap anggota masyarakat dinilai paling menentukan kesuksesan new normal di Singapura. Para menteri pemimpin gugus tugas Covid-19 Singapura berharap para penduduk semakin sadar tentang protokol kesehatan jika ingin segera hidup dengan kenormalan baru.
Beberapa kesadaran kolektif yang patut diperhatikan adalah tetap menjaga jarak atau bahkan menghindari kerumunan jika sadar kondisi badan sedang tidak sehat atau fit. Selain itu, segera melakukan vaksinasi.
"Pada akhirnya, kemungkinan kita bisa hidup berdampingan dengan Covid-19 juga bergantung pada penerimaan warga Singapura sendiri terkait bahwa Covid-19 akan akan menjadi endemik dan perilaku dan kesadaran kolektif kita dalam menjaga keselamatan diri sendiri serta orang sekitar," kata para menteri tersebut.
Berdasarkan data statistik Worldometer, Singapura mencatat total 62.544 kasus Covid-19 dan 36 kematian. Angka ini menjadi salah satu yang terendah jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan bahkan dunia.**
Sumber CNN