Jakarta , Riaueksis.com– Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang melimpah. Salah satu adalah rempah-rempah. Berkatnya, Indonesia jadi negeri tersohor di seluruh dunia. Bahkan, saking istimewanya, rempah-rempah hasil Indonesia jadi buruan utama para bangsa lain saat masa-masa kejayaannya dulu.
Terinspirasi dari hal tersebut, Dede Kusnandar (35) bertekad untuk kembali membawa Indonesia menjadi raja rempah-rempah dunia.
Pada tahun 2016 lalu, Dede memutuskan untuk berhenti dari tempatnya bekerja. Sarjana lulusan teknik industri ini memilih keluar dari perusahaan otomotif di Karawang demi mewujudkan mimpinya menjadi pengusaha rempah-rempah.
Bagaikan gayung bersambut, suatu hari ia ditawari untuk bekerja sama dengan temannya di dalam bisnis rempah-rempah.
"Saat itu saya ditawari kerja sama dengan teman saya untuk menyuplai rempah-rempah ke salah satu pabrik bumbu,” ungkap Dede.
Awalnya, ia sempat mengalami kerugian yang sangat besar karena tidak bisa memenuhi ekspektasi dari perusahaan yang membutuhkan rempah-rempah hasil olahannya.
Mendirikan perusahaan sendiri
Demi mewujudkan cita-citanya, ia memulai dari sebuah langkah kecil, yaitu mendirikan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada tahun 2018. Oleh karena itu, menuruti panggilan hatinya untuk menjadi pengusaha rempah-rempah, pria asal Karawang, Jawa Barat, ini mendirikan PT Refa Rempah Mulia.
Perusahaan miliknya tersebut didirikan pada tahun 2018 lalu. PT Refa Rempah Mulia sendiri bertempat di Desa Kedaung, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Dede merasa saat itu ia telah memiliki tujuan mulia selain menggali profit, yakni memperjuangkan Indonesia berjaya dalam komoditas rempah-rempah.
Menurut pengamatannya, harga yang lebih murah jadi salah satu faktor mengapa banyak perusahaan bumbu atau olahan makanan di Indonesia lebih memilih menggunakan rempah-rempah impor. Padahal, kualitas rempah-rempah hasil petani lokal Indonesia masih jadi salah satu yang terbaik di dunia.
"Produksi kita juga cukup banyak. Hanya saja, bagaimana membantu mereka dan ukm seperti kami ini untuk masuk ke perusahaan makanan dan minuman yang membutuhkan rempah-rempah. Salah satunya adalah menghentikan impor," kata Dede.
Kolaborasi dengan petani lokal
Mewujudkan cita-citanya menjadikan Indonesia berjaya, Dede melakukan langkah taktis dengan melibatkan petani di Jawa Barat sebagai pemasok utama rempah-rempah untuk diolah di pabriknya.
Hasil panennya kemudian ia buat menjadi bahan setengah jadi, kemudian menjadi powder (bubuk) dan simplisia. Langkah selanjutnya, Dede menawarkan rempah-rempah hasil olahannya kepada pabrik-pabrik.
Dede mengakui, proses di atas kadang tak berjalan mulus. Banyak yang menolak rempah-rempah miliknya karena masih lebih memilih rempah-rempah impor yang lebih murah.
"Kemudian saya tawarkan ke pabrik-pabrik. Tetapi banyak juga yang menolak, bukan karena kualitas melainkan harga. Karena kita menggunakan petani lokal. Sementara harga rempah impor itu jauh lebih murah," ujarnya.
Tak patah arang, Dede tetap semangat dengan tetap mendorong produksi rempah-rempah dari petani, terutama dari tumbuhan yang masih sangat sedikit peredarannya, seperti jahe, kunyit, dan temulawak.
Lewat pembudidayaan yang dilakukan, ia yakin bahwa petani lokal dapat mendulang keuntungan.
Dede percaya, lewat perhatian, pembinaan, dan dukungan pemerintah kepada petani serta pemberhentian kebijakan impor rempah-rempah, Indonesia dapat menjadi raja rempah-rempah tak hanya di negeri sendiri, tetapi juga di seluruh dunia**
Sumber : tribunnews.com