Merubah Paradigma Perempuan Melayu.
Minggu, 19 Oktober 2014 - 21:28:47 WIB
Merubah Paradigma Perempuan Melayu
Oleh : Supriati SSos, Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Provinsi Riau.
Paradigma yang menyebutkan perempuan hanya bertugas mengurusi suami, anak dan rumah tangganya, tentunya ini sudah tidak cocok lagi. Apalagi di era emansipasi wanita modern sekarang ini. Seorang ibu rumah tangga ‘nyaris’ sederajat dengan pria atau suami.
Jadi, paradigma seperti itu hanyalah berlaku pada zaman dahulu dimana perempuan hanya diberi tugas di rumah untuk merawat anak dan suami serta kelurganya. Di zaman itu, perempuan hanya terpaku pada keadaan. Artinya, perempuan hanya menerima saja nasibnya meskipun sering diperlakukan tidak adil.
Padahal perempuan adalah bagian terpenting dalam sebuah keluarga,m asyarakat bahkan negara. Perempuan punya peran yang penting dan akan sangat menentukan karakter, mental dan sukses atau tidaknya pendidikan anak-anaknya atau pun karir suaminya.
Untuk itu, di masa sekarang ini, perempuan di seluruh dunia, termasuk perempuan Riau harus bangkit dan tidak lagi terikat pada paradigma lama yang sudah usang itu. Peremuan Riau harus cerdas, mempunyai pendidikan yang cukup, walaupun berdomisili di desa.
Perempuan Riau harus berusaha mempunyai pendidikan yang tinggi agar bisa sejajar dengan perempuan-perempuan di daerah lain. Karena perempuan yanng cerdas akan menjadi perempuan yang mandiri, punya prisip dan mampu membela dirinya dalam kehidupan. Baik di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakatnya.
Sebaiknya, perempuan juga mempunyai pekerjaan atau tugas mulia agar tidak seratus persen menggantungkan nasibnya kepada suaminya. Apalagi jika seandainya diterlantarkan suami. Jadi, perempuan sekarang ini harus mempunyai pekerjan sebagai safety jika terjadi hal-hal buruk seperti diterlantarkan suami tadi.
Selain sebagai safety, perempuan yang mempunya pekerjaan ataupun karier, akan lebih percaya diri. Baik dalam rumah tangga maupun dalam pergaulan di lingkungan sekitar.
Di samping penghasilannya bisa untuk membantu ekonomi rumah tangganya, dengan bekerja atau berkarier, seorang perempuan juga tidak bergantung selamanya dengan suami. Apalagi suami juga kurang mumpuni dalam menutupi biaya keluarga.
Memang sudah banyak perempuan Riau yang sudah mendapatkan pendidikan dan jabatan yang tinggi serta ekonomi yang mapan. Tapi harus diakui pula, masih sangat banyak perempuan Riau yang belum bisa menikmati pendidikan apalagi menikmati jabatan dan mempunyai ekonomi yang mapan.
Karena itu, untuk membangkitkan ketertinggalan perempuan Riau, para orang tua hendaknya tidak membedakan fasilitas yang diberikan untuk mengenyam pendidikan terhadap anak laki-laki dan perempuan.
Bagi orang tua, terutama yang tinggal di desa-desa, harus membangkitkan semangat anak perempuannya untuk giat belajar terus sampai ke jenjang pendidikan tertinggi. Tujuannya agar menjadi perempuan yang mandiri dan ikut berkiprah dalam pembangunan di Indonesia, khususnya di Riau.**