Senin, 31/08/20
 
Karena Rasisme Meningkat Pasca Brexit, Unjuk Rasa Pun Digelar di Hampir Seluruh Wilayah Inggris

ad | Internasional
Senin, 20/03/2017 - 02:13:53 WIB
Aksi unjuk rasa anti rasisme di salah satu wilayah di Inggris
TERKAIT:
   
 
London (RiauEksis.Com) - Unjuk rasa terjadi di hampir seluruh wilayah di Inggris. Ribuan pengunjuk rasa menyuarakan kemarahan mereka dengan meningkatnya sentimen anti imigrasi di Inggris pasca Brexit.

Aksi unjuk rasa banyak digelar setelah negara Inggris meninggalkan Uni Eropa atau dikenal dengan istilah British Exit (Brexit) pada Juni 2016 lalu. Hal ini disebut karena peningkatan kasus rasisme yang banyak dirasakan orang-orang di sana.

Ribuan aktivis antirasisme menggelar aksi unjuk rasa terbaru di pusat ibu kota London pada Sabtu (18/3/17) kemarin.

Mereka mengatakan, serangan terhadap warga asing di Inggris banyak terjadi setelah Brexit. Kemudian demonstrasi serupa juga dilakukan di dua negara bagian lainnya yaitu Skotlandia dan Welsh. Di sana, para pengunjuk rasa sekaligus memperingati hari internasional PBB untuk mendukung Penghapusan Diskriminasi Rasial.

Aktivis juga memprotes langkah Pemerintah Inggris yang menolak menjamin hak tinggal warga dari negara-negara Uni Eropa. Kebijakan itu akan diterapkan hingga mereka menerima jaminan timbal balik dari Uni Eropa untuk warga Inggris yang berada di wilayah negara organisasi supranasional tersebut.

Sentimen Uni Eropa berdampak buruk terhadap warga mereka yang menetap di Britania Raya. Despina Karayianni, seorang warga Yunani yang tinggal di London mengatakan bahwa Pemerintah Inggris seolah-olah mengancam Uni Eropa.

Setelah Brexit, ia merasa tidak dapat menjalani kehidupan seperti biasanya. Demikian dengan banyak orang lainnya yang sebenarnya berada di Inggris untuk mencari kehidupan lebih baik.

"Tampaknya Perdana Menteri Inggris Theresa May ingin menakuti warga Uni Eropa yang ada di negaranya untuk tinggal, bekerja, maupun belajar di sini," ujar Karayianni, dilansir Aljazeera, Ahad (19/3/17).

Ia juga menekankan bahwa cara itu tidak akan berhasil membuat mereka pergi dari Inggris. Serangan rasisme juga menyasar warga minoritas dan imigran dari negara-negara Uni Eropa.

Kejahatan kebencian pada 2016 lalu tercatat meningkat hingga 14.295 insiden. Jumlah ini bertambah cukup siginfikan dibandingkan 2015 lalu dengan jumlah 10.793 kasus.

Aktivis Inggris, Tom Corbin, mengatakan, Brexit menjadi alasan sejumlah orang yang memiliki pandangan rasis terhadap imigran melakukan serangan. Mereka yang selama ini hanya diam, kini berani untuk berbicara dan membenarkan sikap kebencian itu.

"Brexit memberi alasan mereka yang berpandangan rasis terhadap imigran  dan ini adalah tanggung jawab politisi kelas atas Inggris atas xenophobia yang semakin meningkat," kata Corbin.

May akan mengumumkan secara resmi keputusan Inggris meninggalkan Uni Eropa pada akhir bulan ini. Ia menerapkan pasal 50 Perjanjian Lisbon untuk menguatkan hasil referendum Brexit. (re)









Berita Lainnya :
 
  • Seleksi Calon Polisi, Ribuan Peserta Padati Mapolda Riau
  • Pemprov Riau Gelar Upacara Peringatan Hari Otonomi Daerah ke-28
  • 5.274 JCH Riau Mulai Diberangkatkan 12 Mei 2024
  • Kapolda Riau adakan Halal Bihalal bersama PD IV KBPP POLRI dan IKAL Propinsi Riau
  • Lantik Pengurus PWI Kuansing, Raja Isyam : Jaga Nama Baik Organisasi dan Selalu Kritik
  • Lolos Semifinal Piala Asia U-23 2024, Indonesia Cetak Sejarah
  • Halal Bihalal Polresta Pekanbaru, 2 Personil Terima Tiket Umroh dari Kapolda Riau
  • Indosat Ooredoo Hutchison Catat Lonjakan Trafik Data Sebesar 17% Sepanjang Hari Raya Idulfitri
  • Menjelajah Dunia Migas di Dumai Expo 2024: Edukasi dan Kontribusi untuk Masa Depan
  •  
     
     
     
     
    Copyright © 2014-2016
    PT. Surya Cahaya Indonesia,
    All Rights Reserved