Jakarta, Riaueksis.com - Krisis listrik di Tiongkok atau China diperhatikan bakal makin meluas. Pasal nya, krisis terjadi karena akumulasi sejumlah masalah. Negeri Xi Jinping itu, mengalami kekurangan batu bara yang melebihi 70% dari sumber listrik. Dan juga rekor harga bahan bakar yang tinggi, serta permintaan industri pascapandemi yang meningkat  desakkan diindustri lebih ramah lingkungan.

Bukan hanya memberatkan rumah tangga di China yang mengalami gangguan pemadaman di hampir 20 wilayah. Ini juga menyebabkan gangguan produksi di banyak pabrik.

Dikutip dari CNBCIndonesia dengan melonjaknya harga energi menyebabkan  kenaikan harga produsen tertinggi setidaknya dalam 25 tahun di bulan September. Per Kamis, harga naik 10,7% dari tahun sebelumnya.

Memasuki musim dingin yang akan  datang juga berkemungkinan  memperburuk situasi. Pusat Meteorologi China meramalkan angin kencang akan menurunkan suhu rata-rata hingga 14 derajat celcius pada pekan ini.

Tiga provinsi timur laut, Jilin, Heilongjiang dan Liaoning,  juga mengalami kekurangan listrik, juga memulai penggunaan pemanas untuk musim dingin. Hal yang sama juga terjadi di provinsi Mongolia Dalam dan Gansu yang bergantung pada PLTU batu bara untuk mengatasi cuaca yang lebih dingin dari biasanya.

Akan tetapi, pemerintah Beijing disebut telah melakukan sejumlah cara untuk menekan kenaikan harga batu bara dan menaikan produksi. Pemerintah juga menerapkan penjatahan listrik di pabrik-pabrik.

China disebut menyetujui 153 tambang baru untuk meningkatkan kapasitas. Negeri itu berharap bisa menambah pasokan hingga 55 juta ton pasukan di kuartal IV 2021.**