Senin, 31/08/20
 
Sebelumnya Pasutri Diserang Beruang, Kali Ini Warga Riau Nyaris Dilahap Ular Piton

M Amin | Nasional
Rabu, 04/10/2017 - 22:28:41 WIB
Ular piton sepanjang 7 meter yang nyaris melahap Robert Nababan
TERKAIT:
   
 
Pekanbaru (RiauEksis.Com) - Beberapa hari belakangan ini, binatang buas menyerang warga di Provinsi Riau. Bila sebelumnya ada satu pasangan suami istri yang sedang menyadap karet diserang beruang, kali ini ada warga yang nyaris dilahap ular piton sepanjang 7 meter.

Untungnya, warga bernama Robert Nababan (37), warga Desa warga Desa Belimbing, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Provinsi Riau ini masih selamat meski tendon (urat berupa jaringan lunak yang menghubungkan jaringan otot dengan tulang, mirip dengan ligamen yang menghubungkan tulang) lengan kirinya robek.

Akibat luka yang dialamaninya, pria berdarah Batak ini pun terpaksa dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Indrasari Rengat, di Kelurahan Pematang Rebah, Kecamatan Rengat Barat, Inhu.

Ceritanya begini. Saat itu Robert Nababan mendapati ular piton melintang di jalan di area PT Sumber Sawindo Kencana pada Sabtu (30/9/17) pukul 10.00 WIB. Warga pun tak berani lewat.

Lantas Robert menghubungi sejumlah temannya yang merupakan pemburu ular. Sewaktu proses penangkapan, Robert mendapat bagian menangkap kepala. Nah, ketika menjalankan tugasnya, Robert diserang ular tersebut.

Menurut Herpetolog Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, ular piton yang ditemukan itu termasuk ular dengan tubuh luar biasa besar yang hidup di hutan. Ular tersebut diperkirakan berumur lebih dari 15 tahun.

"Bisa 20-30 tahun. Yang tercatat ular tumbuh di Kendang itu sampai sembilan meter. Di alam lebih kecil. Dulu, pernah ada ular yang menelan buaya di Kalimantan Timur sebesar 7,5 meter, tapi tidak ada lebih dari itu," kata Amir saat dihubungi wartawan, Rabu (4/10/17).

Menurutnya, meski telah menyerang manusia, ular tak bisa begitu saja disalahkan. Sebab, habitatnya telah lebih dulu diganggu dengan alihfungsi hutan menjadi lahan sawit.

Sawit sendiri mendatangkan cukup banyak tikus. Hewan pengerat itu menjadi santapan ular untuk bertahan hidup.

"Biasanya kalau ular besar seperti itu, dia tidak berburu, tapi dia menunggu seperti di perlintasan babi hutan," kata Amir.

Pada kesempatan ini Amir mengingatkan kepada masyarakat agar tak menempuh tindakan berbahaya. Dalam konteks ini, lebih baik menunggu ular tersebut pindah dari jalan yang dilalui warga.

Aksi tanpa perhitungan bisa berujung fatal, seperti yang pernah dialami seorang laki-laki yang dikenal sebagai pawang buaya di Kutai Kartanegara.

Pada mulanya, sang pawang buaya hendak menolong Arjuna (16) yang diduga telah dimangsa buaya. Namun, nasib sial juga mengantarkan tubuhnya ke dalam perut buaya.

"Banyak orang mengaku pawang, pakar, tapi belum paham betul dengan perilaku satwa liar, baik itu ular maupun buaya. Kalau sampai ular ini menggigit, saya ragu dia paham perilaku ular. Ular 5,2 meter itu sudah bisa menelan manusia dewasa," pungkasnya. (ma/re)


sumber: kompas.com





Berita Lainnya :
 
  • Seleksi Calon Polisi, Ribuan Peserta Padati Mapolda Riau
  • Pemprov Riau Gelar Upacara Peringatan Hari Otonomi Daerah ke-28
  • 5.274 JCH Riau Mulai Diberangkatkan 12 Mei 2024
  • Kapolda Riau adakan Halal Bihalal bersama PD IV KBPP POLRI dan IKAL Propinsi Riau
  • Lantik Pengurus PWI Kuansing, Raja Isyam : Jaga Nama Baik Organisasi dan Selalu Kritik
  • Lolos Semifinal Piala Asia U-23 2024, Indonesia Cetak Sejarah
  • Halal Bihalal Polresta Pekanbaru, 2 Personil Terima Tiket Umroh dari Kapolda Riau
  • Indosat Ooredoo Hutchison Catat Lonjakan Trafik Data Sebesar 17% Sepanjang Hari Raya Idulfitri
  • Menjelajah Dunia Migas di Dumai Expo 2024: Edukasi dan Kontribusi untuk Masa Depan
  •  
     
     
     
     
    Copyright © 2014-2016
    PT. Surya Cahaya Indonesia,
    All Rights Reserved