Penggunaan Masih Sebatas Konsumsi Manusia
Potensi Sagu di Riau Belum Digarap Maksimal
wan | Ekonomi
Kamis, 30/03/2017 - 19:47:05 WIB
|
Irwan Mulawarman, Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Provinsi Riau
|
TERKAIT:
PEKANBARU (RiauEksis.Com) - Potensi sagu yang cukup besar di Provinsi Riau terkesan hanya isapan jempol, karena belum digarap maksimal. Diperlukan keseriusan berbagai pihak untuk
mengembangkannya dalam skala industri yang lebih besar.
Ungkapan harapan ini dilontarkan Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Riau, Irwan Mulawarman dalam bincang-bincangnya dengan pewarta ekonomi Bank Indonesia, Kamis (30/3/2017) pagi.
Padahal katanya, potensi ekonomi dari komoditas sagu di Provinsi Riau sangat besar, terutama di sepanjang pesisir pantai Provinsi Riau.
"Potensi sagu sangat besar, mulai dari pesisir Selatpanjang Meranti sampai ke Indragiri Hilir, semuanya ada sagu, tetapi belum dimaksimalkan saja," ujarnya kepada riaueksis.com, Kamis (30/3).
Sedangkan selama ini, ia mengamati sagu masih hanya sebatas dimanfaatkan untuk sumber makanan bagi manusia saja. Padahal, masih banyak yang bisa dimanfaatkan selain itu, seperti daunnya bisa sebagai pakan ternak.
BI selama ini menurutnya cukup memberikan perhatian terhadap sektor ini, misalnya melalui pembibitan dan pembinaan kelompok tani sagu di Meranti, namun ke depan, peran Pemda dan juga swasta dituntut lebih besar dalam mewujudkan itu semua.
Oleh karena itu lanjutnya, perlu upaya bersama untuk mendorong komoditas sagu ini. Hal terpenting sekali adalah upaya pembinaan petani sagu di Selatpanjang, sampai didapatkan bibit unggul dalam budidaya sagu.
"Lalu dilakukan pendampingan dalam pengolahan produksi sagu, dari tual sagu ke produk turunan awal yaitu sagu basah dan sagu kering," urainya pula.
Selanjutnya, produk tersebut diolah lagi menjadi beragam makanan dan minuman yang sudah didapatkan hingga beragam menu. BI bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah melakukan penelitian sampai didapatkan kesimpulan limbah sagu yang sudah
diolah menjadi basah, bisa dipakai sebagai pakan ternak hingga media budidaya jamur.
"Bahkan limbah sagu ini menjadi media budidaya jamur lebih baik dibandingkan serbuk kayu biasa," katanya.
Sekali lagi, Irwan menilai perlu dukungan semua pihak untuk mengembangkan sagu, sehingga bisa memberi dampak positif bagi ekonomi Riau dan menggerakkan sektor riil.
Sebelumnya, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riau HM Nurdin Subandi mengatakan, pihaknya yang juga tergabung dalam Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) sudah memetakan potensi ekonomi sektor pangan untuk dikembangkan.
Salah satu komoditas pangan yang dikembangkan yaitu sagu yang menjadi andalan Provinsi Riau. "Sesuai rumusan TPAKD, pengembangan ekonomi sektor pangan salah satunya sagu dan ini kami upayakan untuk mengembangkannya lewat dukungan industri jasa keuangan," katanya.
Beberapa dukungan yang disiapkan itu di antaranya yaitu dana kredit atau pembiayaan untuk pengembangan sagu. Selain itu juga diperlukan perlindungan yang bisa diberikan dari produk asuransi pertanian.
Meski demikian, dukungan ini masih dirumuskan bersama antara lembaga yang tergabung dalam TPAKD. "Karena ada banyak unsur mulai pemerintahan, OJK, BI, hingga pelaku industri jasa keuangan," katanya.
Adapun komoditas sagu di Riau menjadi unggulan karena luas lahannya mencapai 87.000 hektare dan produksi mencapai 240.000 ton tiap tahun. (wan)