Senin, 31/08/20
 
Lisan Orang Berakal Ada di Belakang Hatinya

mu | Religi
Minggu, 01/03/2015 - 16:57:14 WIB
ilustrasi
TERKAIT:
   
 
Pekanbaru (RiauEksis.Com)- Manusia mungkin cenderung lupa dan kerap mengabaikan apa yang sebenarnya penting. Masalah lisan (lidah), misalnya, tidak jarang di antara kaum Muslim yang menganggapnya sebagai perkara biasa sehingga tidak heran jika banyak yang menggunakan lisannya secara tidak hati-hati.

Padahal, lisan ini karunia Allah yang sudah semestinya digunakan dengan sebaik-baiknya. Sebab, lisan juga bisa menjadi indikator sempurna tidaknya keimanan seorang Muslim. Rasulullah bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam.” (HR Bukhari).

Demikian pentingnya lisan ini, sampai urusan super penting pun, yakni urusan masuk surga atau neraka, juga ditentukan oleh bagaimana seorang Muslim menggunakan lisannya. Rasul SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (HR Bukhari-Muslim).

Penjelasan lebih lanjut makna hadis ini, Imam Nawawi menuliskan pendapat Imam Syafi’i dalam kitab Al-Adzkar, “Apabila seseorang ingin berbicara, hendaklah berpikir dulu. Bila jelas maslahatnya, maka berbicaralah, dan jika dia ragu, maka janganlah berbicara.”

Sungguh menarik apa yang disampaikan Abu Hatim mengenai ini, “Lisan orang yang berakal di belakang hatinya. Bila dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu, jika terdapat (maslahat) baginya, maka dia akan berbicara. Dan bila tidak ada (maslahat), dia tidak (berbicara). Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya, dia akan (cepat) berbicara. Seseorang tidak (dianggap) mengetahui agamanya hingga dia mengetahui lisannya.”

Sudah semestinya kita benar-benar waspada terhadap penggunaan lisan kita. Kurangi berbicara yang tidak jelas maslahatnya. Hindari berbicara tentang keburukan orang lain, apalagi mencari-cari kesalahan orang lain. Sebab, itu semua tidak akan mendatangkan kecuali kerugian bagi diri sendiri.

Terkait ini Rasulullah mengingatkan, “Wahai orang yang menyatakan beriman melalui lidahnya, tetapi keimanannya belum masuk ke dalam relung hatinya, janganlah kalian melakukan ghibah (menggunjing) terhadap kaum Muslimin dan jangan kalian mencari-cari kesalahan mereka. Sebab, barang siapa yang mencari-cari kesalahan mereka, maka Allah akan menyingkap keburukannya dan barang siapa yang disingkapkan Allah keburukannya, maka Allah akan mempermalukannya walaupun dia bersembunyi di dalam rumahnya.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

Dengan demikian, mari sayangi diri kita, iman kita, ibadah kita, dan segala kebaikan yang telah kita upayakan sepanjang hidup ini dengan senantiasa waspada dalam berbicara. Sekiranya pun kita mengetahui keburukan orang lain, maka menutupinya jauh menyelamatkan daripada menyebarluaskannya. “Barang siapa menutupi kekurangan seorang Muslim, maka Allah akan menutupi kekurangannya di Hari Kiamat,” begitu bunyi HR Muslim. (oleh : Oleh: Imam Nawawi)







Berita Lainnya :
 
  • Pemprov Riau Gelar Upacara Peringatan Hari Otonomi Daerah ke-28
  • 5.274 JCH Riau Mulai Diberangkatkan 12 Mei 2024
  • Kapolda Riau adakan Halal Bihalal bersama PD IV KBPP POLRI dan IKAL Propinsi Riau
  • Lantik Pengurus PWI Kuansing, Raja Isyam : Jaga Nama Baik Organisasi dan Selalu Kritik
  • Lolos Semifinal Piala Asia U-23 2024, Indonesia Cetak Sejarah
  • Halal Bihalal Polresta Pekanbaru, 2 Personil Terima Tiket Umroh dari Kapolda Riau
  • Indosat Ooredoo Hutchison Catat Lonjakan Trafik Data Sebesar 17% Sepanjang Hari Raya Idulfitri
  • Menjelajah Dunia Migas di Dumai Expo 2024: Edukasi dan Kontribusi untuk Masa Depan
  • Hari Kartini, PHR Junjung Tinggi Kesetaraan dalam Berkontribusi Bagi Negeri
  •  
     
     
     
     
    Copyright © 2014-2016
    PT. Surya Cahaya Indonesia,
    All Rights Reserved