Senin, 31/08/20
 
Sudah tak Shalat Shubuh, Tapi Rayakan Kemirisan

mu | Religi
Senin, 29/12/2014 - 01:09:13 WIB
Malam perayaan pergantian tahun
TERKAIT:
   
 
Jakarta (RiauEksis.Com) - Dalam hitungan hari, kita akan meninggalkan 2014. Dan kita yang telah tercahayai iman akan disuguhi hal-hal yang memiriskan hati. Inilah yang akan kita jumpai dari merayakan kemirisan itu.

Akan kita temui, di sudut-sudut kampung begadang semalam suntuk menunggu detik-detik pergantian tahun. Bahkan diteruskan hingga pagi menjelang. Dan kebanyakan mereka luput dari shalat Shubuh berjamaah di masjid.

Bahkan ada yang tidak mengerjakan shalat shubuh karena serangan kantuk dan lelah. Akhirnya mereka tidur hingga pertengahan siang dan berlalulah kewajiban syar'i tanpa ditunaikan sama sekali. Na'udzu billahi min dzalik.

Ketahuilah ikhwah bahwa meninggalkan satu saja dari shalat lima waktu bukanlah perkara sepele. Ia termasuk dosa besar. Nabi Muhammad SAW mengancam dengan kekafiran bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat lima waktu. Buraidah bin Al Hushoib Al-Aslamiy berkata, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, 'Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barang siapa meninggalkannya, maka dia telah kafir.'”

Apa sesungguhnya yang didapat dari merayakan perayaan yang tidak ada sumbernya sama sekali dalam agama kita kalau bukan hanya menjerumuskan dalam dosa besar?

Simak hadis dari Abi Barzah, “Rasulullah membenci tidur sebelum shalat Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi SAW tidak suka begadang setelah shalat 'Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat Subuh berjamaah.

Umar bin Khattab sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya. “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti pada akhir malam tertidur lelap?” Apalagi, dengan begadang ini sampai melalaikan dari sesuatu yang lebih wajib (yaitu shalat Shubuh)?

Suguhan miris dari tingkah laku muda-mudi kita. Perayaan tahun baru tidaklah lepas dari ikhtilath (campur baur pria dan wanita) dan berkhalwat (berdua-duan), bahkan lebih parah dari itu terjerumus dalam zina. Inilah yang sering terjadi di hanya satu malam itu dengan menerjang berbagai larangan Allah dalam bergaul dengan lawan jenis.

Merayakan tahun baru serasa tidak sempurna jika tidak ada suara mercon, petasan, terompet, atau suara bising lainnya. Ketahuilah, ini semua kemungkaran yang tidak ada tuntunannya. Bukankah perbuatan itu ada di dalamnya amal fasad yang mengganggu Muslim lainnya.

Saat saudaranya istirahat, boleh jadi ada yang sakit, anak bayi yang rewel, tapi karena suara yang memekakkan telinga itu jadilah mereka tidak bisa istirahat dan tidur. Sabda Nabi, “Seorang Muslim adalah seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu orang lain.”

Perayaan malam tahun baru adalah pemborosan besar-besaran. Jika diperkirakan setiap orang menghabiskan uang pada malam itu Rp 10 ribu untuk membeli mercon dan segala hal terkait, lalu yang merayakannya sekitar 10 juta penduduk Indonesia, hitunglah berapa jumlah uang yang dihamburkan dalam waktu semalam?

Itu baru perkiraan setiap orang menghabiskan Rp 10 ribu, bagaimana jika lebih dari itu? Seratus miliar jelas sangat bermanfaat untuk membantu mereka yang tidak bisa berobat yang rumah dan keadaannya rusak karena longsor atau banjir atau mereka yang putus sekolah dan lain-lain.

Wahai para pemangku kepentingan, orang-orang berpunya, simak firman-Nya, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya, pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.” (QS al-Isra': 26-27).

Merayakan tahun baru bagian amal membuang-buang waktu. Padahal, waktu sangatlah kita butuhkan untuk hal manfaat, bukan sia-sia. Nabi Muhammad SAW telah memberi nasihat mengenai tanda kebaikan Islam seseorang, “Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.”

Nasihat Ibnul Qoyyim, “(Ketahuilah bahwa) menyia-nyiakan waktu lebih jelek dari kematian. Menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu (membuatmu lalai) dari Allah dan negeri akhirat. Sedangkan, kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”

Seharusnya, seseorang bersyukur kepada Allah dengan nikmat waktu yang telah Dia berikan. Mensyukuri nikmat waktu bukanlah dengan merayakan tahun baru. Tapi, mensyukuri nikmat waktu dengan melakukan ketaatan dan ibadah, bukan menerjang larangan Allah. Wallahu a'lam.

Oleh: Ustaz Muhammad Arifin Ilham






Berita Lainnya :
 
  • Seleksi Calon Polisi, Ribuan Peserta Padati Mapolda Riau
  • Pemprov Riau Gelar Upacara Peringatan Hari Otonomi Daerah ke-28
  • 5.274 JCH Riau Mulai Diberangkatkan 12 Mei 2024
  • Kapolda Riau adakan Halal Bihalal bersama PD IV KBPP POLRI dan IKAL Propinsi Riau
  • Lantik Pengurus PWI Kuansing, Raja Isyam : Jaga Nama Baik Organisasi dan Selalu Kritik
  • Lolos Semifinal Piala Asia U-23 2024, Indonesia Cetak Sejarah
  • Halal Bihalal Polresta Pekanbaru, 2 Personil Terima Tiket Umroh dari Kapolda Riau
  • Indosat Ooredoo Hutchison Catat Lonjakan Trafik Data Sebesar 17% Sepanjang Hari Raya Idulfitri
  • Menjelajah Dunia Migas di Dumai Expo 2024: Edukasi dan Kontribusi untuk Masa Depan
  •  
     
     
     
     
    Copyright © 2014-2016
    PT. Surya Cahaya Indonesia,
    All Rights Reserved